Minggu, 07 November 2010

Vektor Penyakit DBD


A. MORFOLOGI DAN DAUR HIDUP VEKTOR DBD

Vektor utama penyakit DBD di Indonesia adalah nyamuk A. aegypti sedangkan A. albopictus dianggap vektor potensial. Nyamuk ini mengalami metamorfosis yang sempurna mulai dari telur menetas menjadi jentik (larva), kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa. Telur, diletakkan menempel pada dinding bagian dalam, tempat perindukan di atas permukaan air. Jumlahnya antara 100-300 butir, ukuran 0,5 mm, hitam seperti sarang tawon, telur dapat bertahan pada suhu -2°C hingga 42 °C, lama menetas beberapa saat setelah kena air, hingga 1-2 hari setelah berada di air. Jentik terdapat di air mengalami empat stadium pertumbuhan yang ditandai dengan pergantian kulit. Pada pergantian kulit berubah menjadi kepompong, umur rata-rata pertumbuhan jentik sampai menjadi kepompong antara 7-15 hari. Kepompong terdapat dalam air, menetas dalam 1-2 hari, nyamuk jantan menetas lebih dulu dari nyamuk betina. Nyamuk jantan berumur lebih pendek daripada nyamuk betina (±1 minggu), makanannya cairan buah-buahan atau tumbuh-tumbuhan, serta terbang tidak jauh dari perindukannya. Nyamuk betina umumnya berumur lebih panjang dan perlu untuk menghisap darah untuk pertumbuhan telurnya setiap 2-3 hari. Jarak terbang aktif kurang lebih 50 meter.

B. EKOLOGI VEKTOR DBD

Eksistensi A. aegypti di alam dipengaruhi oleh lingkungan biologik dan fisik.

1. Pengaruh Lingkungan Biologik

Pada tempat perindukan/kontainer dengan air yang lama biasanya terdapat patogen dan parasit yang mempengaruhi pertumbuhan larva. Adanya infeksi patogen dan parasit pada larva mengurangi jumlah larva yang hidup untuk menjadi lebih lama dan umur nyamuk dari larva yang terinfeksi patogen dan parasit menjadi lebih pendek.

2. Pengaruh Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik ada bermacam-macam, misalnya: tata rumah, macam kontainer, ketinggian tempat dan iklim. Jarak antar rumah mempermudah penyebaran nyamuk dari suatu rumah ke rumah lain. Macam kontainer/tempat perindukan, bahan, tempat bertelur, bentuk dan volume kontainer serta asal air pada kontainer mempengaruhi nyamuk betina dalam pemilihan tempat bertelur. Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik yang terdiri atas: suhu, kelembaban nisbi, curah hujan dan angin.

3. Bionomik nyamuk A. aegypti

Bionomik nyamuk merupakan kesenangan bersarang atau tempat perindukannya (breeding habit), kesenangan menggigit (feeding habit), kesenangan hinggap/bertelur/beristirahat. Adapun bionomik nyamuk antara lain:

a. Tempat perindukan
Jenis nyamuk ini mempunyai tempat perindukan pada genangan air yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti:
- Tempat penampungan air yaitu tempat-tempat untuk menampung air guna keperluan sehari-hari seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember dan lain-lain.
- Bahan tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum hewan, ban bekas dan lain-lain.
- Tempat penampungan air alami seperti lubang pohon, tempurung kelapa, kulit kerang, ruas bambu, dan pangkal pohon pisang.

b. Kebiasaan menggigit
Nyamuk A. aegypti dewasa yang betina siap untuk menghisap darah manusia sehari atau dua hari setelah keluar dari stadium pupa dan 24 jam setelah bertelur. Waktu menggigit lebih banyak pada siang hari dari pada malam hari, antara jam 08.00-12.00 dan 15.00-17.00, serta lebih banyak menggigit di dalam rumah daripada di luar rumah. A. aegypti dapat menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat (multiple bitter). Keadaan ini sangat membantu dalam memindahkan virus dengue ke beberapa orang sekaligus.

c. Kebiasaan bertelur
Nyamuk A. aegypti mempunyai kebiasaan bertelur pada tempat-tempat penampungan air yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti ember, kaleng bekas, serta botol-botol bekas. Nyamuk A. aegypti akan bertelur setelah menghisap darah sampai telur dikeluarkan biasanya bervariasi antara 2-4 hari, setelah pematangan telur selesai nyamuk betina akan meletakkan telurnya pada dinding bejana, sedikit di atas permukaan air. A. aegypti meletakkan telurnya secara tersebar. Kontak yang nyata dengan air adalah rangsangan pertama untuk meletakkan telurnya. Umumnya nyamuk akan meletakkan telurnya pada suhu 20-30°C, kelembaban udara praktis mempengaruhi kebiasaan peletakan telur dari nyamuk A. aegypti. Hal ini mengingat bahwa aktivitas nyamuk ditentukan oleh keadaan kelembaban udara sekitarnya.

d. Kebiasaan beristirahat
Kebiasaan beristirahat setelah menggigit dan selama menunggu waktu pematangan telur, nyamuk A. aegypti beristirahat di tempat-tempat gelap, lembab dan sedikit angin. Makanya nyamuk ini hinggap di dalam rumah pada benda-benda yang bergantungan seperti pakaian dan kelambu.

e. Jarak terbang
Penyebaran populasi jentik tidak jauh dari tempat perindukannya, tempat mencari mangsa dan tempat istirahatnya, sehingga populasi sebagai kluster dan tidak membentuk populasi homogen. Bentuk minimum kluster A. aegypti dengan diameter 100 m dikarenakan jarak terbangnya hanya 50 meter maka dengan demikian populasi nyamuk tidak hanya terlokalisir tetap juga terbagi-bagi.

4. Siklus hidup A. Aegypti

Nyamuk A. aegypti dalam siklus hidupnya mengalami metamorfosis sempurna dengan 4 stadium yaitu: telur yang menetas menjadi jentik-jentik, berubah menjadi pupa (kepompong) dan selanjutnya menjadi nyamuk dewasa. Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk antara 9-10 hari.

a. Telur, setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur nyamuk A. aegypti berwarna hitam dengan ukuran 0,80 mm. Telur ini di tempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan dan akan menetas menjadi jentik dalam waktu lebih kurang 2 hari setelah terendam air.

b. Jentik, jentik kecil yang menetas dari telur itu akan tumbuh menjadi besar yang panjangnya 0,5-1 cm, selalu bergerak aktif dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas (mengambil udara) kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya. Posisi pada waktu istirahat hampir tegak lurus dengan permukaan air, biasanya berada di sekitar dinding tempat penampungan air dan setelah 6–8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong.

c. Kepompong, merupakan bentuk akhir dari stadium kehidupan di dalam air, suhu optimum untuk perkembangan berkisar antara 27-32°C. Adapun bentuk kepompong seperti koma, gerakannya lamban, sering berada di permukaan air, setelah 1–2 hari akan berubah menjadi nyamuk baru.

d. Nyamuk dewasa, termasuk sub genus Stegoya, dengan ciri-ciri belang-belang hitam putih, pada seluruh tubuhnya. Nyamuk A. aegypti betina menghisap darah manusia setiap 2 hari. Protein darah tersebut diperlukan untuk pematangan telur yang dikandungnya. Setelah menghisap darah, nyamuk akan mencari tempat hinggap (istirahat) yang disenangi di dekat tempat berkembang biaknya biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Setelah masa istirahat selesai, nyamuk itu akan meletakkan telurnya pada dinding bak mandi/WC, tempayan, drum dan lain-lain, biasanya sedikit di atas permukaan air, selanjutnya nyamuk akan mencari mangsanya (menghisap darah) lagi. Umur nyamuk A. aegypti rata-rata 2 minggu, tetapi sebagian di antaranya dapat hidup 2–3 bulan.

5. Ciri-Ciri nyamuk A. Aegypti

Depkes (1997) menyatakan bahwa nyamuk penular A. aegypti memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Nyamuk A. aegypti berwarna hitam dengan belang-belang (loreng) putih pada seluruh tubuhnya.
b. Hidup di dalam, sekitar rumah dan ditemukan juga di tempat umum.
c. Mampu terbang sampai 100 meter
d. Nyamuk betina aktif menggigit (mengisap) darah pada pagi hari sampai sore hari. Nyamuk jantan biasa mengisap sari bunga/tumbuhan yang mengandung gula.
e. Umur nyamuk A. aegypti rata-rata 2 minggu. Tetapi sebagian diantaranya dapat hidup 2-3 bulan.

3 komentar:

  1. Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus
  2. ingin wujudkan impian anda , raih kesempatan dan menangkan ratusan juta rupiah hanya di ionqq,silakan invite
    pin bb#58ab14f5

    BalasHapus