Sabtu, 06 November 2010
Rapid Survey (Survey Cepat)
PENDAHULUAN
Survai cepat datang sebagai salah satu bentuk survai alternative yang banyak digunakan karena timbulnya pertanyaan mendasar di lapangan yang perlu jawaban segera namun tetap mempunyai validitas yang tinggi. Untuk maksud ini system survailans yang ada terkadang tidak dapat memberikan jawaban terhadap keinginan untuk menyusun suatu perencanaan yang memerlukan informasi yang akurat. Pertanyaan–pertanyaan seperti berapa banyak episode diare per bulan di suatu kabupaten, berapa besar penurunan kesakitan akibat vaksinasi campak , berapa besar cakupan imunisasi hepatitis yang telah dilakukan, berapa besar bayi dengan ASI ekslusif ; merupakan pertanyaan yang biasanya diajukan untuk mendapat jawaban instant dan Survai Cepat menjadi alternatif utama untuk menjawabnya.
Kelemahan dari survailan yang ada sehingga diperlukannya Survai Cepat dapat disebabkan oleh karena pencatatan routine yang dilakukan itu :
- Ketidaklengkapan cakupan data, tidak mencakup aspek yang menginginkan jawaban
- Kekurang akurasi data yang ada , kualitas data yang rendah
- Tidak menggambarkan keadaan masyarakat secara keseluruhan
- Data hanya mencakup keadaan dari institusi pemerintah
Melihat keadaan pencatatan rouitine di atas maka dirasa perlunya suatu teknik pengumpulan data yang dapat menggambarkan keadaan kesehatan di masyarakat dan dapat digunakan sebagai penunjang dari sistem informasi yang telah ada. Umumnya untuk mengumpulkan data dari masyarakat dan untuk mengumpulkan data yang tidak ada dalam sistem pencatatan dan pelaporan rutin digunakan survai. Salah satu teknik survai yang mudah, murah dan cepat tetapi tetap memberikan hasil yang akurat adalah Survai Cepat (Rapid Survey).
B. Pengertian Survai Cepat
Survai Cepat adalah salah satu metode survai yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang suatu masalah dalam jangka waktu yang relatif pendek , dengan biaya yang murah dan hasil yang optimal. Survai cepat ini dilakukan dengan menentukan kebijakan terhadap suatu program yang segera ingin dilaksanakan. Dari namanya sebagai suatu survai yang cepat maka kecepatan waktu yang dimaksud ini adalah hanya selama 3-4 minggu , mulai dari tahap persiapannya sampai keluarnya laporan hasil survai .
Keadaan yang menunjang untuk terlaksananya suatu survai yang cepat ini adalah :
- Kuestinernya yang singkat(15-20 pertanyaan saja)
- Respondennya kecil; sekitar 30 klaster
- Tujuannya tertentu dan terbatas
- Terbatasnya jumlah petugas yang diperlukan (limited personal), dengan kejelasan tugas masing-masing
- Biaya yang tidak perlu besar (limited cost)
- Analisisnya tidak mendalam, tidak perlu waktu lama
Metode yang dipergunakan survai cepat dalam penarikan sampelnya memakai rancangan sampel klaster dua tahap dengan pemilihan klaster pada tahap pertama secara probability proportionate to size. Kemudian pemilihan sampel tahap kedua, dengan pemilihan sampel rumah tangga yang dilakukan secara random sampling atau dengan menerapkan sistim rumah terdekat . Dengan tehnik penarikan sampel ini yang telah diuji coba di lapangan pada berbagai negara sedang berkembang maka dapat dikatakan bahwa metode ini layak diterapkan sebagai cara pengumpulan informasi yang berasal dari masyarakat (population base information) pada tingkat kabupaten.
C. LANGKAH PELAKSANAAN
Dalam melaksanakan suatu survei cepat maka langkah-langkah yang dapat dilakukan dapat meliputi:
1. Penjabaran secara jelas dan singkat pilihan Masalah Kesehatan.
Masalah terpilih hendaknya cukup spesifik
2. Penentuan populasi penelitian dan penarikan sampel.
Penentuan ini meliputi populasi sasaran , besar sampel, metode sampel yang akan dilakukan.
3. Mengembangkan Cara Pengumpulan Data.
Untuk itu perlu dijelaskan mengenai cara pengumpulan data , alat yang dipergunakan , petugas yang melakukannya . Kontrol kualitis banyak diarahkan kepada ketepatan cara pengumpulan data ini .Uji coba (pre- test) merupakan salah satu persyaratan yang diajukan yang ditujukan untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah yang dapat timbul dilapangan dalam pelaksanaan proposal yang diajukan.
4. Pengorganisasian dan Pelaksanaan survai
Setelah survai dianggap layak dilakukan dengan uji coba maka disusunlah bagaimana organisasi dan cara pelaksanaannya sepenuhnya .
Organisasi hendaknya jelas dalam penugasan setiap crosnal (job description).
5. Analisis dan interpretasi laporan
Data yang terkumpul dalam waktu satu sampai dua hari sudah harus masuk ke dalam komputer . Akurasi data harus diperhatikan pada saat proses pemasukan data.Proses analisis data hanya dilakukan jika peneliti yakin bahwa data sudah bebas dari kesalahan. Hasil survai cepat dapat dilaporkan menurut urutan pertanyaan pada kuesioner. Tetapi cara pelaporan seperti ini kurang menarik bagi pengelola program kesehatan, sehingga lebih baik membuat laporan dengan melaporkan temuan utama terlebih dahulu. Hasil survai cepat dapat dilaporkan dalam bentuk tabel dan grafik. Namun untuk persentasi hasil , grafik lebih menarik dan informatif.
Laporan tertulis tidak perlu tebal, tetapi mencakup hasil temuan dari survai. Umumnya, laporan hasil survai cepat berisi:
a. Judul, penulis, waktu survai cepat, kata pengantar, daftar isi.
b. Abstrak yang berisi temuan dan implikasinya.
c. Keterangan tentang masalah penelitian, berisikan latar belakang dan masalah yang diteliti.
d. Tujuan survai.
e. Metodologi: Berisikan tentang indikator utma yang diukur, populasi dan sampel, alat pengukuran, prosedur analisis dan jadwal.
f. Hasil berisikan deskripsi singkat tentang temuan survai, dibagi atas beberapa telaah termasuk di dalamnya tabel dan grafik yang penting.
g. Diskusi berisi interpretasi hasil survai dan implikasinya terhadap program kesehatan di masa yang akan datang.
h. Kesimpulan berisi ringkasan temuan penting dari survai.
i. Saran dan rekomendasi berisi alternatif tindakan bagi perencanaan atau pengelolaan program penelitian lebih lanjut.
j. Daftar pustaka berisi daftar bacaan yang digunakan untuk menyusun laporan survai.
k. Lampiran berisi kuesioner atau instrumen yang digunakan.
6. Pengembangan kegiatan program lanjutan
Implikasi dan rekomendasi yang diberikan tidak selamanya dapat segera dilaksanakan, untuk itu perlu dibuat rencana kegiatan lanjutan sebagai tahapan yang terpisah dan merupakan bagian dari tujuan survai. Rencana tersebut tidak perlu rinci, namun harus meliputi:
a. APA bentuk kegiatan yang akan diambil harus spesifik
b. SIAPA, jelaskan siapa yang bertanggung jawab untuk setiap kegiatan
c. KAPAN waktu untuk memulai dan selesainya.
Dalam beberapa kasus penting perlu dimasukkan pertanyaan
d. DIMANA lokasi kegiatan tersebut akan dilaksanakan
e. BAGAIMANA prosedur yang akan diikuti
f. SUMBER DAYA yang ada dan yang meungkin diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang direncanakan
Hal-hal di atas perlu diperhatikan agar prinsip "Informasi untuk Tindakan" (information for action) dapat terlaksana, jangan sampai laporan survai tersebut hanya tersimpan di dalam lemari tanpa digunakan untuk perencanaan program kesehatan. Sehubungan dengan itu maka rencana kegiatan lanjut perlu dibicarakan dengan seksama dengan pengelola program yang bersangkutan dengan memperhatikan informasi lain yang ada di tingkat kabupaten.
D. METODE SURVEY CEPAT
Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan individu atau elemen yang ingin kita ketahui karakteristiknya. Populasi dapat berupa kumpulan oragng/individu atau kumpulan barang, tetapi pada penelitian kesehatan masyarakat, populasi umumnya merupakan kumpulan individu atau orang. Sebagai contoh populasi dapat berupa semua balita yang ada di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten atau semua ibu hamil yang ada di daerah puskesmas.
Secara ideal survai harus mencakup semua orang yang termasuk dalam populasi. Jika semua orang yang masuk dalam populasi dapat diwawancarai,maka kita dapat mengukur cakupan program kesehatan secara akurat. Tetapi melakukan wawancara terhadap semua orang yang termasuk ke dalam populasi memerlukan waktu,biaya, dan sumberdaya. Jadi kita perlu mengambil contoh beberapa orang saja yang dapat mewakili semua orang yang ada di populasi. Contoh beberapa orang saja yang kita ambil inilah yang dinamakan sampel. Orang yang kita ambil harus mewakili populasi. Agar kesadaran ini dapat tercapai, maka setiap orang yang ada di dalam populasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel.
Hasil yang kita diperoleh dari sampel tidak akan persis sama dengan apa yang ada di dalam populasi. Perbedaan antara apa yang diperoleh dari sampel dengan yang sebenarnya pada populasi disebut sampling error.Kesalahan ini selalu terjadi pada survai yang tidak mengikut sertakan seluruh populasi. Namun kesalahan ini dapat diperkecil dengan cara: memilih sampel secara tidak bias, dan memilih sampel yang cukup besar.
Jika sampel tidak mewakili populasi, kita dapat memperoleh hasil yang bias, yaitu estimasi atau cakupan yang dihasilkan berbeda dari nilai cakupan yang ada di populasi. Sebagai contoh, jika kita hanya mewawancarai ibu yang datang ke posyandu untuk mengetahui cakupan imunisasi campak, maka cakupan yang dihasilkan cenderung lebih tinggi dari cakupan yang ada dalam populasi.
Sampel berdasarkan probabilitas memungkinkan setiap orang yang ada dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Agar kita dapat memilih sampel secara probabilitas, maka diperlukan kerangka sampel (sampling frame).
Kerangka sampel adalah daftar semua unit (kabupaten, kecamatan, desa, rumah tangga, orang) di mana kita akan memilih sampel. Di negara berkembang seperti Indonesia sangat sulit untuk mendapatkan daftar penduduk atau rumah tangga secara lengkap, sehingga digunakan kerangka sampel dari unit yang lebih tinggi seperti desa atau kecamatan.
a. Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang dibutuhkan pada suatu survei tergantung dari tujuan survai tersebut. Survai dapat dilakukan untuk mengukur parameter suatu populasi seperti cakupan DPT-1, cakupan pemeriksaan antenatal, cakupan K1, dan sebagainya. Survai dapat juga dilakukan untuk melihat suatu intervensi. Untuk tujuan ini survai dilakukan sebelum dan sesudah intervensi atau pada dua daerah yang dilakukan intervensi yang berbeda. Pada tujuan yang kedua ini survai dilakukan untuk menguji suatu hipotesis apakah intervensi dapat membawa dampak pada masyarakat . Dua tujuan survai tersebut memiliki cara yang berbeda untuk menghitung besar sampel yang diperlukan.
Pada survai cepat, umumnya dilakukan untuk melihat cakupan suatu program. Ada rumus khusus yang digunakan untuk menghitung jumlah sampelyang memadai pada survai cepat, tetapi secara praktis dapat dikatakan bahwa jumlah sampel sebanyak 30 X 7 (30 klaster/desa, setiap klaster terdiri atas 7 responden) sudah mencukupi untuk melihat kasus-kasus yang sering terjadi. Jika kita hampir selalu menggunakan jumlah sampel sebanyak 210 orang.
b. Metode Pemilihan Sampel
Seperti yang telah dijelaskan di atas, sampel harus mewakili populasi, semua orang dipopulasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Syarat ini dapat dipenuhi dengan memilih sampel secara acak dari daftar semua orang di dalam populasi. Cara seperti ini dikenal sebagai pemilihan sampel secara acak sederhana (simple random sampling).
Dalam prakteknya pengambilan sampel secara acak sederhana ini sulit dilakukan. Misalnya kita ingin melakukan survai untuk mengetahui cakupan pemeriksaan antenatal, maka agar kita dapat memilih sampel secara acak sederhana, kita harus memiliki daftar semua nama ibu hamil yang ada dalam populasi.
c. Cara Pengambilan Sampel
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pada survai cepat cara pengambilan sampel terdiri atas dua tahap yaitu:
- Pemilihan 30 klaster
- Pemilihan responden
Cluster Sampling adalah proses penarikan sampel secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misalkan berdasarkan wilayah (kodya, kecamatan, desa , dan seterusnya). Cara ini sangat efisien bila populasi tersebar sangat luas sehingga tidak mungkin untuk membuat daftar untuk seluruh tersebut. Contoh: jika kita ingin meneliti kartakteristik penderita keracunan pestisida di Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia, bila diinginkan hanya sebagian dari kasus yang terdaftar di rumah sakit, dilakukan klaster sampling yaitu dengan melakukan random sampling pada setiap rumah sakit tanpa berusaha untuk menjumlahkan pasien yang terdaftar pada seluruh rumah sakit.
Pada survai komunitas sering dilakukan two stage claster sampling seperti contoh berikut: Misalnya kita ingin meneliti karies dentis pada anak sekolah di Makassar, dibutuhkan 6000 subjek yang diharapkan mewakili seluruh anak di Makassar, dari daftar sekolah di Depdikbud Makassar diambil secara random misalnya 100 sekolah. Dari keseratus sekolah tersebut masing-masing diambil sebanyak 60 orang dari tiap anak secara random sampling.
Keuntungan lain cara ini adalah bahwa pada tiap klaster biasanya subjek lebih kurang homogen. Misalnya di kelas tertentu cenderung untuk dihuni oleh penduduk pada tingkat sosial ekonomi yang tidak berbeda mencolok, meskipun tidak sama sekali homogen.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
HATUR NUHUN sharingna kang
BalasHapusingin wujudkan impian anda , raih kesempatan dan menangkan ratusan juta rupiah hanya di ionqq,silakan invite
BalasHapuspin bb#58ab14f5