Sabtu, 06 November 2010
Definisi, Etiologi dan Mekanisme Hipertensi
DEFINISI HIPERTENSI
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah) dan left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi adalah penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi.
Istilah Hipertensi diambil dari bahasa Inggris “Hypertension”. Kata Hypertension itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni “hyperI” yang berarti super atau luar biasa dan “tension” yang berarti tekanan atau tegangan. Hypertension akhirnya menjadi istilah kedokteran yakni penyakit tekanan darah tinggi. Selain itu dikenal juga dengan istilah “High Blood Pressure” yang berarti tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah tenaga yang dipakai oleh darah yang dipompa dari jantung untuk melawan tahanan darah. Dengan kata lain tekanan darah adalah sejumlah tenaga yang dibutuhkan untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh. Jika tekanan darah seseorang meningkat dengan tajam dan kemudian tetap tinggi, orang tersebut dapat dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Ada berbagai macam batasan tingginya tekanan darah untuk dapat disebut hipertensi. Menurut WHO 1993 dan JNC VI menetapkan batasan hipertensi adalah tekanan darah menetap 140/90 mmHg diukur pada waktu istirahat. Jadi, Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi jika tekanan darah sistoliknya lebih besar daripada 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Tekanan darah yang ideal adalah jika tekanan sistoliknya 120 mmHg dan diastoliknya 80 mmHg.
Secara umum sesorang dikatakan hipertensi jika tekanan sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/90 mmHg). Tekanan darah normal (normotensif) sangat dibutuhkan untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh yaitu untuk mengangkat oksigen dan zat gizi (Astawan, 2005). Penulisan tekanan darah seperti 110/70 mmHg adalah didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung. Nilai yang lebih tinggi (sistolik) menunjukan fase darah yang sedang di pompa oleh jantung, dan nilai yang lebih rendah (diastolik) menunjukan fase darah kembali kejantung.
Hipertensi adalah kelainan yang sering ditemukan pada manusia yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah sistemik, tekanan darah yang normal pada manusia diukur pada posisi berbaring dan duduk dimana tekanan darahnya adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik.
Penderita hipertensi yang sangat heterogen membuktikan bahwa penyakit ini bagaikan mozaik, diderita oleh orang banyak yang datang dari berbagai subkelompok, berisiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti neurotransmitter, hormon, dan genetik, maupun yang bersifat eksogen seperti rokok, nutrisi dan stressor.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokan menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Hipertensi Primer atau Hipertensi esensial
Yaitu hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya atau idiopatik yang meliputi kurang lebib 90 % dari seluruh kasus hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder atau hipertensi renal
Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain yang meliputi kurang lebih 10 % dari seluruh kasus hipertensi.
Hanya sekitar 50 % dari golongan hipertensi sekunder yang dapat diketahui penyebabnya dan hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya, oleh karena itu upaya penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi padahal sesungguhnya tidak. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, yang biasa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala seperti : sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur, karena adanya kerusakan otak, mata, jatung dan ginjal. Kadang mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak (ensefalopat hipertensif)
ETIOLOGI HIPERTENSI
Faktor genetik dianggap penting sebagai sebab timbulnya hipertensi. Anggapan ini didukung oleh banyak penelitian pada hewan percobaan dan pada manusia. Faktor genetik tampaknya bersifat mulifaktorial akibat defek pada beberapa gen yang berperan pada pengaturan tekanan darah.
Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling berperan dalam perjalanan munculnya penyakit hipertensi. Faktor ini meliputi intake garam yang berlebihan, obesitas, pekerjaan, alkoholisme, stresor psikogenik dan tempat tinggal. Semakin banyak seseorang terpapar faktor-faktor tersebut maka semakin besar kemungkinan seseorang menderita hipertensi, juga seiring bertambahnya umur seseorang.
Dari faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, tidak ada satupun yang ditetapkan sebagai penyebab langsung hipertensi esensial. Lain halnya dengan hipertensi sekunder, yang saat ini telah banyak ditemukan penyebabnya secara langsung, beberapa di antaranya adalah : sleep-apnea, drug-induced atau drug-related hypertension, penyakit ginjal kronik. Aldosteronisme primer, penyakit renovaskular, terapi steroid jangka lama dan sindrom Cushing.
MEKANISME HIPERTENSI
Tekanan darah tinggi merupakan bahaya terselubung karena tidak menampakan gejala yang nyata. Tekanan darah tergantung dari jantung sebagai pompa dan hambatan pembuluh arteri. Selama 24 jam, tekanan darah tidak tetap. Tekanan darah yang paling rendah terjadi jika tubuh dalam keadaan istirahat dan akan naik sewaktu mengadakan latihan atau olahraga. Dalam tubuh terdapat suatu mekanisme yang dapat mengatur tekanan darah, sehingga dapat menyuplai sel-sel darah dan oksigen yang cukup. Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiostenin II dari angiostenin I oleh Angiostensi I-Converting Enzyme (ACE).
ACE memegang peranan fisiologis penting dalam pengaturan tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiostenin I. Oleh ACE yang terdapat di dalam paru-paru, angiostenin I diubah menjadi Angiostenin II. Angiostenin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikan tekanan darah melalui dua cara.
Pertama adalah meningkatkan sekresi hormon Antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitary) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan kelur tubuh, sehingga menjadi pekat dan osmolalitasnya tinggi. Untuk mengencerkanya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler akibatnya volume darah meningkat, yang pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.
Cara kedua adalah dengan menstimulasi sekresi aldosteron dari kortek adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang akan mengurangi eksresi NaCl (garam) dengan cara mengabsorbsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada giliranya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ingin wujudkan impian anda , raih kesempatan dan menangkan ratusan juta rupiah hanya di ionqq,silakan invite
BalasHapuspin bb#58ab14f5