Sabtu, 06 November 2010

Teknik Estimasi Fertilitas secara Langsung


Estimasi demografi terdiri dari upaya mengukur nilai dasar parameter demografi seperti tingkat kelahiran dan tingkat kematian dalam kondisi data yang kurang sempurna. Parameter dasar ini mengindikasikan cara sebuah penduduk akan berkembang sepanjang waktu baik dari segi jumlah maupun struktur umur.

Pada dasarnya estimasi fertilitas dan juga mortalitas dapat dilakukan memakai dua jenis data yaitu yang langsung berhubungan dengan peristiwa kelahiran (cara langsung, direct method) dan yang secara tidak langsung berkaitan dengan kejadian kelahiran tetapi dengan teknik tertentu dapat dikonversikan menjadi ukuran fertiitas

Estimasi langsung dapat dilakukan jika sistem registrasi vital dapat berjalan dengan baik; tidak saja secara administratif tetapi juga secara stattistik. Jika system registrasi berjalan dengan baik maka angka kelahira --dan juga kematian—dapat “angsung” dihitung dari data yang ada. Kita bisa menghitung berapa jumlah kelahiran selama kurun waktu tertentu dan membaginya dengan jumlah penduduk atau jumlah wanita pada kurun waktu yang sama (pertengahan tahun).

Estimasi langsung sebenarnya juga dapat dihitung dari data sensus atau survei. Estimasi langsung melalui sensus atau survei dapat dilakukan dengan:

1. Menanyakan jumlah kelahiran selama jangka waktu tertentu.

Dalam survei atau sensus diajukan pertanyaan tentang jumlah kelahiran selama jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun sebelum pencacahan berikut tanggal dan bulan kelahirannya. Dengan diketahui jumlah dan tanggal kelahiran pada jangka waktu tertentu maka secara teoritis dapat diestimasi secara langsung angka kelahiran pada periode tersebut.

Dalam Susenas yang diadakan pada tahun enampuluhan ditanyakan kelahiran da kematian yang terjadi selama satu tahun sebelum pencacahan. Namun ternyata hasilnya sangat tidak memuaskan karena adanya kesalahan berupa “memory lapse”; responden lupa tanggal kejadian atau sengaja tidak mau menyebutkan adanya kelahiran karena alasan tertentu. Kemudian untuk pertama kali cara bertanya diubah menjadi “kapan melahirkan anak terakhir” dalam Sensus Penduduk 1980. Cara bertanya kemudian diperbaiki dalam Survei Kependudukan Jawa Timur 1980-1982. Data kelahiran yang dihasilkan cukup baik dan konsisten dengan estimasi metode lain dan faktor-faktor yang mempengaruhi parameter demografis tertentu.

Pertanyaan serupa dicantumkan dalam kuesioner SUPAS 1985. Ternyata hasilnya kurang memuaskan. Dari penelitian yang dilakukan BPS dapat disimpulkan bahwa agar pertanyaan mengenai anak terahir ini dapat menghasilkan data yang baik, perlu diadakan latihan yang sangat intensif terhadap petugas dan pengawasan pelaksanaannya harus ketat. Selain itu konsep/definsi harus jelas dan susunan pertanyaan perlu disederhanakan sehingga mudah dimengerti oleh semua petugas lapangan.

2. Mencatat riwayat kehamilan/kelahiran

Estimasi langsung juga dapat dilakukan jika sensus atau survei mampu memperoleh data tentang riwayat kehamilan/kelahiran responden secara tepat dan benar. Riwayat kehamilan/kelahiran dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan terinci dari semua kehamilan yang dialami oleh responden (wanita) sejak ia menikah hingga saat dilakukan wawancara (survei). Responden diminta untuk mengingat kembali semua kehamilan, kapan terjadinya, apakah berakhir dengan keguguran, lahir hidup atau lahir mati. Jika anak tersebut lahir hidup, apakah jenis kelaminnya, dan apakah anak tersebut masih hidup. Bila anak itu sudah meninggal, berapa umur ketika meninggal. Semua tanggal dicatat demi kelengkapan, sekaligus untuk memriksa konsisrensi jawaban.

Secara teoritis pendekatan ini sangat baik jauh lebih baik dari cara pada butir a tetapi dalam praktek sangat sulit diterapkan. Dalam masyarakat dimana peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-hari tidak selalu diingat (apalagi dicatat), maka unsur lupa atau bahkan ketidak-mampuan responden untuk mengingat waktu kejadian banyak ditemui di lapangan. Petugas seringkali terpaksa memperkirakan waktu kejadian, dan untuk mempertahankan konsistensi mungkin membuat kesalahan yang sifatnya sistematis. Kesalahan akan makin besar jika usia responden sudah tua sehingga waktu kelahiran anaknya sudah berpuluh tahun berlalu. Anak-anak itu sendiri sudah tidak tinggal bersama mereka sehingga makin sulit untuk diingat. Meskipun tampaknya banyak masalah dalam penggunaan cara ini, namun hasil Survei Fertilitas Indonesia 1976 memperlihatkan bahwa data yang diperoleh cukup dapat dimanfaatkan. Cara yang sama diulang dalam Survei Prevalensi Kontrasepsi Indonesia 1987.

3. Survei Multi Putaran (Multiround Survey)

Estimasi langsung dapat pula dilakukan dengan melakuan multiround survey dimana survei dilakukan beberapa kali (dua kali) untuk selang waktu tertentu. Selama selang waktu tersebut ditanyakan apakah ada perubahan dalam beberpa kejadian seperti kelahiran, kematian atau perpindahan. Kunjungan yang berulang pada rumah tangga sampel membuat kedua belah pihak, responden dan petugas saling mengenal sehingga memperlancar pengumpulan data. Pengukuran tingkat fertilitas dapat dilakukan dengan dua cara:

a. Membandingkan penduduk yang dicatat pada dua kunjungan berurut, dan mencatat perubahan yang terjadi dalam selang antara dua kujungan.

b. Untuk mendapatkan dua peristiwa yang dialami oleh seorang penduduk dalamselang waktu tersebut (lahir kemudian meninggal, datang kemudian pindah dll) perlu diajukan pertanyaan-pertanyaan khusus.

Masalah utama dalam penyelenggaraan survei seperti ini adalah besarnya biaya. Keterangan lengkap mengenai lokasi survei dan rumah tangga sampel harus dipertahankan dan dipenuhi selama jangka waktu survei dan petugas harus tetap, sebab petugas baru perlu dilatih terlebih dahulu. Selain itu responden bisa bosan dikunjungi berkali-kali dan ditanya hal yang sama.

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. ingin wujudkan impian anda , raih kesempatan dan menangkan ratusan juta rupiah hanya di ionqq,silakan invite
    pin bb#58ab14f5

    BalasHapus